Profil Desa Karangsari
Ketahui informasi secara rinci Desa Karangsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Karangsari, Kecamatan Kalimanah, merupakan lumbung pangan strategis di Purbalingga yang ditopang oleh lahan pertanian subur. Desa ini juga dikenal sebagai sentra industri batu bata merah tradisional yang menjadi pilar ekonomi alternatif bagi warganya
-
Lumbung Pangan Utama
Dengan hamparan sawah yang luas dan produktif, Karangsari berperan vital sebagai salah satu desa pemasok beras utama di Kecamatan Kalimanah.
-
Sentra Industri Batu Bata
Desa ini menjadi pusat pembuatan batu bata merah berkualitas tinggi, sebuah industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja dan diwariskan secara turun-temurun.
-
Basis Peternakan Terintegrasi
Sektor peternakan, khususnya sapi dan kambing, berkembang pesat sebagai usaha sampingan petani yang terintegrasi dengan sektor pertanian untuk penyediaan pakan dan pupuk organik.

Jauh dari hiruk pikuk jalur utama, tersembunyi sebuah kawasan agraris yang tenang namun produktif bernama Desa Karangsari. Sebagai bagian dari Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Karangsari menjelma sebagai representasi desa agraris yang sesungguhnya, di mana denyut kehidupan masyarakatnya berdetak selaras dengan siklus tanam dan panen. Desa ini bukan sekadar wilayah pemukiman, melainkan sebuah fondasi ketahanan pangan yang vital dan pusat industri kerajinan tanah liat yang telah menghidupi generasi.
Secara geografis, Desa Karangsari terhampar di atas lahan seluas 182,78 hektar, sebuah wilayah yang didominasi oleh lahan persawahan nan subur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, desa ini dihuni oleh 3.444 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka 1.884 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan sebuah komunitas yang tidak terlalu padat dan masih memiliki ruang untuk pengembangan agrikultur. Desa dengan kode pos 53371 ini secara administratif terbagi menjadi 3 Dusun, 4 Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT), sebuah struktur yang menopang kehidupan sosial masyarakat yang komunal dan erat.
Jejak Sejarah dan Filosofi Nama Karangsari
Setiap nama desa di tanah Jawa seringkali menyimpan jejak sejarah dan harapan para pendirinya, tak terkecuali Desa Karangsari. Menurut penuturan para sesepuh yang diwariskan secara lisan, nama "Karangsari" terdiri dari dua suku kata yang sarat akan makna, yakni "Karang" dan "Sari". "Karang" dalam konteks ini tidak diartikan sebagai bebatuan di laut, melainkan merujuk pada "pekarangan" atau "lahan tempat tinggal". Ini menggambarkan sebuah harapan akan adanya komunitas atau pemukiman yang menetap dan berkembang.
Sementara itu, kata "Sari" berarti inti, pati, atau sesuatu yang terbaik. Penggabungan kedua kata ini melahirkan nama "Karangsari" yang mengandung sebuah doa dan cita-cita luhur: sebuah pemukiman atau tempat tinggal yang warganya dapat hidup makmur, sejahtera, dan mengambil sari atau inti kebaikan dari tanah yang mereka tempati. Filosofi ini tercermin hingga hari ini, di mana warga Karangsari terus mengolah tanah mereka untuk mendapatkan hasil terbaik demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama.
Pemerintahan Desa dan Visi Pembangunan Agraris
Pemerintahan Desa Karangsari menjalankan roda kepemimpinannya dengan visi yang jelas, yaitu mempertahankan dan mengoptimalkan status desa sebagai lumbung pangan seraya memberdayakan potensi ekonomi alternatif. Di bawah arahan Kepala Desa, kebijakan pembangunan difokuskan pada penguatan sektor pertanian dan dukungan terhadap industri rumahan, khususnya pembuatan batu bata. Program-program yang dijalankan menitikberatkan pada peningkatan produktivitas pertanian melalui perbaikan infrastruktur irigasi dan pendampingan bagi kelompok tani.
Pemerintah desa juga berperan aktif dalam memfasilitasi para perajin batu bata, menyadari bahwa sektor ini menjadi jaring pengaman ekonomi yang penting, terutama saat musim tanam belum tiba atau ketika hasil panen tidak maksimal. "Pertanian adalah napas kami, tapi batu bata adalah tulang punggung tambahan bagi banyak keluarga. Tugas kami adalah memastikan keduanya bisa berjalan beriringan untuk kesejahteraan warga," ungkap salah seorang perangkat desa. Pendekatan ini menunjukkan pemahaman mendalam akan struktur sosial-ekonomi masyarakat, di mana diversifikasi usaha menjadi kunci ketahanan ekonomi di tingkat perdesaan.
Pilar Ekonomi: Sinergi Tanah Sawah dan Tanah Liat
Perekonomian Desa Karangsari berdiri kokoh di atas dua pilar utama yang bersumber dari kekayaan alamnya: kesuburan tanah sawah untuk pertanian dan kualitas tanah liat untuk industri batu bata. Sinergi keduanya menciptakan model ekonomi yang tangguh dan saling mendukung.
Lumbung Pangan Kecamatan Kalimanah
Wajah Desa Karangsari didominasi oleh hamparan sawah yang teratur dan menghijau. Sebagai salah satu lumbung pangan di kecamatannya, Karangsari memegang peranan krusial dalam menjaga stabilitas pasokan beras. Para petani di sini dikenal ulet dan berpengalaman dalam mengelola lahan pertanian. Mereka tergabung dalam beberapa kelompok tani (gapoktan) yang menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, mendapatkan bantuan pemerintah, dan mengelola sumber daya secara kolektif. Hasil panen dari Karangsari tidak hanya mencukupi kebutuhan pangan warganya, tetapi juga dipasok secara rutin ke pasar-pasar di Purbalingga, menjadikannya salah satu desa pemasok beras yang diperhitungkan.
Sentra Industri Batu Bata Merah Tradisional
Di sela-sela lahan pertanian, pemandangan lain yang menjadi ciri khas Karangsari ialah keberadaan tungku-tungku pembakaran dan tumpukan batu bata merah yang baru dicetak. Industri pembuatan batu bata merupakan sektor ekonomi terbesar kedua setelah pertanian. Banyak warga, terutama kaum pria, yang bekerja sebagai perajin batu bata. Mereka memanfaatkan kualitas tanah liat lokal yang sangat baik untuk menghasilkan batu bata yang padat, kuat, dan berkualitas tinggi.
Proses pembuatan dilakukan secara tradisional dan padat karya, mulai dari mencangkul tanah liat, mencetaknya secara manual, menjemurnya di bawah terik matahari, hingga proses pembakaran selama berhari-hari menggunakan kayu bakar atau sekam padi. Meskipun prosesnya panjang dan melelahkan, industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi sumber pendapatan andalan bagi puluhan keluarga di Desa Karangsari.
Peternakan Sebagai Usaha Pendukung
Melengkapi dua pilar utama, sektor peternakan juga berkembang sebagai usaha sampingan yang menjanjikan. Banyak petani yang juga memelihara ternak seperti sapi dan kambing. Usaha ini sangat terintegrasi dengan sektor pertanian; limbah pertanian seperti jerami dan dedak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara kotoran ternak diolah menjadi pupuk kandang organik untuk menyuburkan kembali lahan sawah. Model integrasi ini menciptakan sebuah siklus ekonomi yang efisien, ramah lingkungan, dan memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.